A.
Pendahuluan
Pada modul yang ketiga ini anda akan disajikan dengan
uraian beberapa model pengembangan teknologi pembelajaran, dimana model ini
digunakan untuk mendesain pembelajaran, baik itu sistem, kurikulum, strategi,
materi serta media. Setelah anda mempelajari modul sebelumnya yang membahas
tentang pengertian, jenis-jenis serta peran teknologi pembelajaran, selanjutnya
kita akan membahas beberapa model pengembangan dari sekian banyak model
pengembangan yang ada, coba anda baca dengan cermat uraian berikut, agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
C. Tujuan
Melalui perkulihan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1.Mendeskripsikan
pengertian model pengembangan teknologi pembelajaran
2.Menjelaskan
Model pengembangan ASSURE, ADDIE, Hannafin dan Perck
3.Membandingkan
Model pengembangan ASSURE, ADDIE, dan Hannafin dan Perck
4.Menguraikan
peran Model pengembangan ASSURE, ADDIE, Hannafin dan Perck
Agar anda dapat
mencapai tujuan di atas, maka materi dalam modul ini diorganisasikan menjadi
dua kegiatan belajar sebagai berikut:
Kegiatan
belajar 1: Pengertian Model Pengembangan Teknologi Pembelajaran dan serta
uraian tentang Model Pengembangan ASSURE, ADDIE, dan Hannafin dan Perck
Kegiatan
belajar 2: Perbandingan serta peran Model Pengembangan ASSURE, ADDIE, dan
Hannafin dan Perck
Kegiatan
belajar 1 ditujukan mencapai tujuan nomor 1 dan 2, sedangkan kegiatan belajar 2
ditujukkan untuk mencapai tujuan nomor 3 dan 4.
C. Langkah-langkah Memahami Modul
Agar Anda dapat
mencapai tujuan pembelajaran, maka Anda diharapkan mampu mengikuti serta
membaca dengan cermat uraian dalam modul ini.
1.Bacalah dengan
saksama tujuan untuk mengetahui apa yang akan diperoleh setelah mempelajari
materi ini.
2.Pelajari materi
tiap kegiatan belajar, jika ada informasi yang kurang jelas atau mengalami
kesulitan dalam mempelajari setiap materi, cobalah mengulang kembali secara
saksama, jika Anda masih saja belum mengerti sebaiknya konsultasikan dengan
dosen yang bersangkutan.
3.Kerjakan
latihan yang terdapat pada akhir uraian materi, diskusikan dengan teman untuk
mengetahui jawaban mana yang mengandung kemungkinan benar atau salah, tanpa
melihat kunci jawaban.
4.Setelah Anda
mengerjakan soal latihan yang tersedia, coba Anda cocokkan dengan kunci jawaban
yang tersedia, kemudian hitung perolehan tingkat penguasaan materi dengan rumus
berikut:
Tinkat Penguasaan = Jumlah Jawaban Benar X 100
Jumlah Soal
Arti Tingkat Penguasaan: 90 – 100% = Sangat Baik
80
– 89% = baik
70
– 79% = cukup
≤ 70% = kurang
Apabila Anda
telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
pembelajaran anda pada modul selanjutnya, jika masih di bawah 80%, maka Anda
harus mengulang materi, terutama bagian yang belum Anda kuasai.
SELAMAT BELAJAR
Kegiatan
Belajar 1
Pengertian
Model Pengembangan Teknologi Pembelajaran dan serta uraian tentang Model
Pengembangan ASSURE, ADDIE, dan Hannafin dan Perck
Ketika anda hendak belajar tentang teknologi pembelajaran, maka kita tidak hanya berbica tentang media, alat peraga dan jenis-jenis media, tetapi lebih dari itu kita butuh pengetahuan tentang model pengembangan teknologi pembelajaran, karena sebagai calon pendidik bukan hanya sekedar mengajar, tetapi bagaimana seorang pendidik harus mampu mendesain pembelajarannya agar semenarik mungkin, sehingga kita membutuhkan pengetahuan tentang model pengembangan teknologi pembelajaran. Coba anda simak uraian dalam modul berikut.
A. Model
pengembangan teknologi pembelajaran
Sebelumnya kita
telah membahas mengenai jenis-jenis media pembelajaran, selanjutnya kita akan
membahas mengenai model-model pengembangan teknologi pembelajaran, tetapi kita
harus mengetahui dulu apa yang dimaksud dengan model itu sendiri, sebelum kita
membahas beberapa jenis model pengembangan teknologi pembelajaran.
Seels dan
Richey dalam Gde Putu Arya Oka yang mengemukakan konsep tentang model yang berpendapat
bahwa model merupakan suatu proses atau perbuatan yang dapat digunakan untuk
membantu dalam memahami sesuatu yang tidak dapat dilihat atau dialami secara
langsung (Oka, 2017). Selain itu model dapat dikatakan sebagai suatu konsep
untuk mempresentasikan sesuatu hal (Trianto, 2011). dengan kata lain model
merupakan suatu perbuatan yang mewakili dan
disusun secara terstruktur. Banyak hal yang berbicara tentang model,
misalnya model dalam matematika, model pesawat terbang, namun kita akan
membahas mengenai model pembelajaran.
Selanjutnya
bagaimana dengan model pembelajaran? Nah, ketika kita berbicara tentang model
pembelajaran maka hal ini tidak akan jauh dari pembelajaran, model pembelajaran
merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai tuntunan
atau pedoman dalam merencanakan pembelajaran untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk buku-buku, computer, kurikulum (Trianto, 2011). Jadi
dengan demikian model merupakan pedoman bagi pendidik yang terstruktur untuk
mengajar.
Penelitian
Pengembangan bertujuan untuk menghasilkan produk, baik itu memodifikasi produk
yang sudah ada atau membuat produk baru (Yaumi, 2017). Nah, Perlu kita ketahui
berhubungan metode pengembangan mencakup tiga hal pokok yang harus ada dalam
pengembangan di antaranya: 1) model pengembangan, hal ini menjelaskan
bahwa setiap pengembangan perlu mengemukakan model apa yang dipakai, 2) prosedur
pengembangan, hal ini berhubungan dengan tahapan model seperti apa yang
digunakan, apakah mengikuti prosedur model ASSURE, ADDIE, Hannafin dan Peck,
dan masih banyak model pengembangan yang lainnya, dan 3) uji coba produk,
karena pengembangan bertujuan untuk menghasilkan suatu produk, tentunya produk
membutuhkan uji coba terlebih dahulu agar produk menjadi layak untuk digunakan
(Setyosari, 2013).
Berikutnya kita
akan membahas mengenai beberapa model pengembangan pembelajaran yang ada, di
antaranya Model pengembangan ASSURE, ADDIE, dan model Dick & Carey.
B. Model
pengembangan ASSURE, ADDIE, model Dick & Carey dan dan Hannafin dan Perck
1. Model Pengembangan ASSURE
Ada beberapa model
pengembangan media pembelajaran salah satunya adalah model pengembangan ASSURE,
model pengembangan ini merupakan model yang dipelopori oleh Sharon Smaldino,
Robert Heinich, James Russel dan Michael Molenda, model ASSURE merupakan
singkatan yang terdiri dari enam langkah di antaranya: 1) Analize learner
characteristic, menganalisis karakteristik umum kelompok sasaran; 2) state
objective, yakni menyatakan atau merumuskan tujuan pembelajaran; 3) select
or modify media, yaitu memilih atau modifikasi materi dan media yang
digunakan dengan tepat; 4) utilize, yakni menggunakan materi dan media
yang telah dipilih; 5) require learner response, yaitu meminta tanggapan
dan umpan balik dari peserta didik 6) evaluate, yaitu melakukan evaluasi
terhadap proses proeses pembelajaran yang telah dilakukan (Susanto, 2014).
Model ini merupakan model yang disusun atau dibentuk untuk kegiatan belajar
mengajar yang sering juga disebut model berorientasi kelas (Santoso, 2013).
Perlu diketahu
di mana Model ini dikembangkan untuk menciptakan aktivitas pembelajaran efektif
dan efisien dalam penggunaan teknologi dan media, khususnya pada kegiatan
pembelajaran yang menggunakan teknologi media dalam pembelajaran (Eva, 2015). Berikut
penjelasan dari setiap komponen-komponen atau yang biasa disebut
langkah-langkah dalam model pengembangan ASSURE
a. Analize learner
characteristic, menganalisis karakteristik peserta didik, pada langkah
pertama dalam model ASSURE adalah bagaimna pendidik mengetahui katakteristik
peserta didik, yang berhubungan dengan karakteristik umum di antaranya jenis
kelamin, umur, tingkat perkembangan, budaya dan
faktor sosial ekonomi serta etnik dan mendiagnosis kemampuan awal
pembelajar (Smaldino, dkk, 2011), penelitian yang terbaru menunjukkan bahwa
pengetahuan awal peserta didik merupakan sebuah subyek patokan yang berpengaruh
dalam bagaimana dan apa yang dapat
mereka pelajari lebih banyak sesuai dengan perkembangan psikologi peserta didik
(Purwanti, 2015).
b. State objective, merumuskan
tujuan pembelajaran, setelah menganalisis karakteristik peserta didik, maka
langka selanjutnya adalah merumuskan tujuan peserta didik, tujuan pembelajaran
akan dijabarkan dalam kurikulum atau bahkan dikembangkan sendiri oleh pendidik
(Achmadi, 2014). Penentuan tujuan dapat dirumuskan dengan teknik ABCD, Audience,
tentang apa yang dilakukan peserta didik yang menjadi sasaran tujuan, bukan apa
yang dilakukan pendidik, selanjutnya adalah Behavior, merupakan perilaku
apa yang hendak dicapai setelah pembelajaran, kemudian Condition, keadaaan
dimana perilaku tersebut diamati, dan Degree, tingkat kemampuan, sampai
dimana kemampuan yang harus dikuasai (Smaldino, dkk, 2011).
c. Select or
modify methods, media and materials, memilih metode,
media dan materi, dalam memilih ada tiga tahap pertama, memilih metode
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, selain itu juga mempertimbangkan gaya
dan motivasi belajar peserta didik, kedua, memilih media yang digunakan
merupakan pekerjaan yang gampang-gampang susah, karena dalam menggunakan media,
selain efektif juga harus efisien, tentunya media yang digunakan harus juga
sesuai dengan metode yang digunakan dalam pembelajaran, selanjutnya yang ketiga,
memilih materi dalam penyajian materi bukan sekedar dipilih saja tetapi
juga dapat dirubah serta dimodifikasi bahkan merancang materi agar dapat
mendukung dalam pencapaian tujuan pembelajaran (Smaldino, dkk, 2011).
Utilize, memanfaatkan
atau menggunakan media dan materi,bahwa sekarang perubahan paradigm
pembelajaran dari teacher-centered ke student-centered (Achmadi,
2014), yang dulunya pembelajaran berpusat pada pendidik (teacher
centered), dimana pendidik menjadi sumber informasi satu-satunya, sedang
sekarang sudah beralih ke pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik, di
mana pembelajaran mandiri sudah menjadi kegiatan peserta didik, bahwa informasi
sudah sangat mudah didapatkan bukan hanya pada pendidik, pembelajaran yang
sifatnya klasikal kini tidak lagi cocok digunakan pada generasi sekarang. Jadi
seorang pendidik harus mampu memanfaatkn media dengan baik sehingga
pembelajaran tetap efektif dan efisien.
a.
Require
learner response, meminta
partisipasi peserta didik, pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang
melinbatkan peserta didik, karena semakin banyak pengalaman yang dimiliki
peserta didik maka semakin banyak yang dapat diterima oleh peserta didik, hal
ini sesuai kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale. Kita bisa melihat bahwa semakin
banyak pendidik melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran, maka
semakin banyak yang diterima oleh peserta didik, sehingga pemberian pengalaman
atau peran aktif dalam partisipasi peserta didik sangat dibutuhkan dalam proses
pembelajaran.
a.
Evaluate, langkah terakhir dari model Assure adalah mengevaluasi
dan merevisi, evaluasi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian
peserta didik, serta hal-hal apa saja yang perlu dibenahi atau direvisi baik
itu metode, media ataupun materi yang digunakan (Smaldino, dkk, 2011), sehingga
tujuan tercapai sesuai dengan harapan.
2.
Model
Pengembangan ADDIE
Setelah kita membahas model pengembangan ASSURE,
selanjutnya kita akan membahas mengenai model pengembangan ADDIE, jika model
pengembangan ASSURE merupakan singkatan dari komponen pengembangan dari model
tersebut, maka model pengembangan ADDIE juga merupakan singkatan dari Analysis
(menganalisis), Design (merancang), Development (mengembangkan), Implementation
(mengimplementasikan), dan Evaluation (mengevaluasi) (Rozalena dan Dewi,2016). Model pengembangan ini dipopulerkan pada tahun 1990-an oleh Reiser dan
Mollenda (Sutarti dan Irawan, 2017). Coba kita perhatikan berikut penjelasan
tahapan-tahapan dari model pengembangan ADDIE yang terdiri dari:
a.
Analysis (menganalisis), sebelum mendesai suatu produk maka
pada tahap ini dilakukan analisis kebutuhan (need assesment),
melihat kesenjangan yang ada serta karakteristik peserta didik (Trisiana danWartoyo, 2016). ada tiga hal yang perlu dianalisis, di antaranya: peserta didik, pembelajaran, dan media untuk
menyampaikan bahan ajar (Pohan, dkk, 2014). Pembelajaran dalam hal ini
berkaitan dengan bahan ajar serta kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran.
b.
Design (merancang), proses merancang produk harus bersangkutan
dengan pembuatan silabus, maka seharusnya memuat tujuan pembelajaran, kebijakan,
tugas, serta jadwal pembelajaran, serta strategi pembelajaran (Pohan, dkk,2014) Tentunya produk yang dirancang sesuai dengan apa yang diperoleh dari
tahap awal, tentang kebutuhan peserta didik, dll.
c.
Development (mengembangkan), setelah kita memperoleh dokumen pada
tahap desain, yang merupakan rancangan, selanjutnya pada tahap ini dilakukan
penelitian dan penyusunan materi sebagai solusi dan mengembangkannya (Bifaqihhdan Qomaruddin, 2015).
d.
Implementation (mengimplementasikan), Pada tahap ini semua yang telah dikembangkan diinstal atau diset
sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan
kemudian diuji cobakan (Trisiana dan Wartoyo, 2016).
e.
Evaluation
(mengevaluasi).
Tahap terakhir adalah melakukan evaluasi yang meliputi evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk mengumpulkan data pada setiap
tahapan yang digunakan untuk penyempurnaan dan evaluasi sumatif dilakukan pada
akhir program untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik dan kualitas pembelajaran
secara luas (Tegeh dan Kirna, 2013). Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
dampak dari pengalaman belajar, dengan cara menganalisa kepuasan peserta didik,
hasil belajar serta kelulusan (Bifaqihh dan Qomaruddin, 2015).
3. Model
Pengembangan Hannafin dan Perk
Selanjutnya kita akan membahas mengenai model
pengembangan Hannafin dan Perck, model pengembangan ini beriorientasi pada
pengembangan produk, pada model pengembangan ini terdapat beberapa komponen di
antaranya; 1) Need Asessment (Analisis Kebutuhan); 2) design
(perancangan); 3) development (pengembangan) dan implementation
(implementasi) (Megawati, 2015). Coba perhatikan berikut uraian dari komponen
model pengembangan tersebut:
a.
Need Asessment (Analisis Kebutuhan); langkah
yang pertama adalah mengalisis kebutuhan, sebelum mendesain sebuah media
pembelajaran maka kita harus terlebih dahulu apa yang dibutuhkan termasuk di
dalamnya tujuan yang hendak dicapai (Suryana, dkk, 2014),
b.
design (perancangan); setelah mengetahui kebutuhan peserta
didik, maka selanjutnya adalah fase perancangan media/produk sesuai kebutuhan
peserta didik, pada fase ini informasi yang diperoleh pada fase analisis
didokumenkan yang akan menjadi tujuan dibuatnya media/produk (Wirawan, dkk,
2017),
c.
development (pengembangan) dan implementation
(implementasi). Pada fase ini produk kemudian divalidasi, yang melibatkan
validator, ahli materi dan ahli media, selanjutnya setelah produk siap kemudian
diuji cobakan pada peserta didik (Hanzen, dkk, 2016).
RANGKUMAN
Penelitian
Pengembangan bertujuan untuk menghasilkan produk, baik itu memodifikasi produk
yang sudah ada atau membuat produk baru. Metode pengembangan mencakup tiga hal
pokok yang harus ada dalam pengembangan di antaranya: 1) model pengembangan, 2)
prosedur pengembangan, dan 3) uji coba produk, karena pengembangan bertujuan
untuk menghasilkan suatu produk, tentunya produk membutuhkan uji coba terlebih
dahulu agar produk menjadi layak untuk digunakan.
TES FORMATIF 1
TES FORMATIF 1
Kegiatan
Belajar 2
Perbandingan serta peran Model Pengembangan ASSURE,
ADDIE,
dan Hannafin
dan Perck
Dari uraian materi pada kegiatan belajar 1, anda tentu sudah mengetahi komponen-komponen dari tiga model pengembangan yang dibahas dalam modul tiga ini, yakni model pengembangan ASSURE, ADDIE, Hannafin dan Peck, tentu anda akan memiliki rasa penasaran, hal apa saja yang membedakan antara model yang satu dengan yang lainnya, di bawah ini akan diuraikan tentang perbandingan serta peran masing-masing model pengembangan tersebut.
A.
Membandingkan
Model pengembangan ASSURE, ADDIE, Hannafin dan Perck.
Setelah kita melihat
beberapa jenis model pengembangan yang telah dijelaskan di atas, yaitu model
pengembangan ASSURE, ADDIE, Hannafin dan Peck. Ketiga model pengembangan
tersebut memiliki langkah-langkah atau komponen pengembangan yang bisa kita
sebut serupa tapi tak sama, dimana model pengembangan ASSURE terdiri dari enam
komponen, model pengembangan ADDIE terdiri dari lima tahapan, dan model
pengembangan Hannafin dan Peck terdiri atas tiga langkah dalam pemgembangannya.
Namun demikian jika kita
melihat dari ketiga model pengembangan tersebut maka semuanya diawali dengan
analisis pada langkah pertama, coba kita perhatikan table dibawah ini dimana
letak perbedaan dari ketiga model pengembangan ini.
| No |
Perbandingan
Model Pengembangan
|
|||
ASSURE
|
ADDIE
|
Hannafin dan Perck
|
||
1
|
Analisis karakteristik peserta didik, yang meliputi
keterampilan dan gaya belajar peserta didik
|
Analysis, menganalisis
bahan ajar serta kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran (masalah
pembelajaran yang sedang dihadapi)
|
Need assessment, meganalisis
media serta hal-hal yang dibutuhkan untuk tujuan yang hendak dicapai.
(peralatan yang dibutuhkan dalam menyusun media) serta kelompok sasaran
produk/media.
|
Evaluasi dan revisi
|
2
|
Merumuskan tujuan dengan memperhatikan karakteristi
peserta didik.
|
Merancang dengan menentukan kompetensi khusus,
metode, bahan ajar, dan strategi pembelajaran
|
Merancang, dengan mengumpulkan serta mengolah alat-alat, bahan, dan sumber yang akan
digunakan
|
|
3
|
Memilih metode, media, dan materi
|
Pengembangan
|
Pengembangan dan implementasi
|
|
4
|
Menggunakan metode, media, dan materi
|
Implementasi
|
||
5
|
Meminta partisipasi peserta didik
|
Evaluasi dan Revisi
|
NB: Evaluasi dan Revisi dilakukan pada
setiap tahapan model ini, jadi pada model ini hanya terdiri dari tiga tahap,
tanpa menkhususkan tahap evaluasi pada tahap akhir.
|
|
6
|
Evaluasi dan Revisi
|
|||
Selanjutnya kita melihat bagaimana peran setiap model yang telah kita
bahas sebelumnya, apakah terdapat perbedaan ataukah sama saja dalam penerapan
model-model tersebut, perlu kita ketahui bersama dalam desain pembelajaran
dikenal beberapa model, namun yang telah kita bahas hanya tiga pada modul ini.
Nah model-model ini memiliki arah pengembangan yang berbeda-beda, ada model
yang beriorientasi kelas, beriorientasi sistem, beriorientasi produk,
beriorientasi procedural dan model melingkar. Mari kita perhatikan tabel
berikut:
Model
|
Arah
Pengembangan
|
Model ASSURE
|
Model ASSURE biasanya digunakan untuk mendesain bahan
ajar berbasis teknologi, strategi pembelajaran, serta media dan teknologi
pembelajaran (Yaumi, 2017), selain itu model pengembangan ini sering disebut
dengan model pengembangan yang beriorientasi kelas (mikro).
|
Model ADDIE
|
Model beriorientasi sistem, model ini dirancang
untuk menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang cakupannya luas, misalnya
mendesain suatu pelatihan, kurikulum, selain itu model ini juga menjadi
pedoman dalam membangun perangkat dan infrakstruktur program pelatihan yang
efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan (Sari, 2017).
|
Model Hannafin dan Peck
|
Model ini berorintasi produk, merupakan model desain
pembelajaran untuk menghasilkan suatu produk, biasanya berupa media
pembelajaran, contohnya video pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau
modul pembelajaran.
|
RANGKUMAN
1.
a. Model ASSURE merupakan singkatan dari Analize
learner caracteristic, state objective, select or modify media, utilize,
require learner response, evaluate, dan kelimanya juga merupakan
langkah-langkah dari model ASSURE
b. Langkah-langkah model ADDIE di antaranya Analysis,
design, development, Implementation, Evaluation
c.
Langkah-langkah model Hannafin dan Peck yaitu Need Asessment, design,
development.
2. Model
ASSURE, merupaka model yang berorientasi kelas, Model ADDIE berorientasi pada
system, sedangkan Model Hannafin dan Peck berorientasi pada produk.



0 komentar:
Posting Komentar