1. Model Pengembangan ASSURE
Ada beberapa model
pengembangan media pembelajaran salah satunya adalah model pengembangan ASSURE,
model pengembangan ini merupakan model yang dipelopori oleh Sharon Smaldino,
Robert Heinich, James Russel dan Michael Molenda, model ASSURE merupakan
singkatan yang terdiri dari enam langkah di antaranya: 1) Analize learner
characteristic, menganalisis karakteristik umum kelompok sasaran; 2) state
objective, yakni menyatakan atau merumuskan tujuan pembelajaran; 3) select
or modify media, yaitu memilih atau modifikasi materi dan media yang
digunakan dengan tepat; 4) utilize, yakni menggunakan materi dan media
yang telah dipilih; 5) require learner response, yaitu meminta tanggapan
dan umpan balik dari peserta didik 6) evaluate, yaitu melakukan evaluasi
terhadap proses proeses pembelajaran yang telah dilakukan (Susanto, 2014).
Model ini merupakan model yang disusun atau dibentuk untuk kegiatan belajar
mengajar yang sering juga disebut model berorientasi kelas (Santoso, 2013).
Perlu diketahu
di mana Model ini dikembangkan untuk menciptakan aktivitas pembelajaran efektif
dan efisien dalam penggunaan teknologi dan media, khususnya pada kegiatan
pembelajaran yang menggunakan teknologi media dalam pembelajaran (Eva, 2015). Berikut
penjelasan dari setiap komponen-komponen atau yang biasa disebut
langkah-langkah dalam model pengembangan ASSURE
a. Analize learner
characteristic, menganalisis karakteristik peserta didik, pada langkah
pertama dalam model ASSURE adalah bagaimna pendidik mengetahui katakteristik
peserta didik, yang berhubungan dengan karakteristik umum di antaranya jenis
kelamin, umur, tingkat perkembangan, budaya dan
faktor sosial ekonomi serta etnik dan mendiagnosis kemampuan awal
pembelajar (Smaldino, dkk, 2011), penelitian yang terbaru menunjukkan bahwa
pengetahuan awal peserta didik merupakan sebuah subyek patokan yang berpengaruh
dalam bagaimana dan apa yang dapat
mereka pelajari lebih banyak sesuai dengan perkembangan psikologi peserta didik
(Purwanti, 2015).
b. State objective, merumuskan
tujuan pembelajaran, setelah menganalisis karakteristik peserta didik, maka
langka selanjutnya adalah merumuskan tujuan peserta didik, tujuan pembelajaran
akan dijabarkan dalam kurikulum atau bahkan dikembangkan sendiri oleh pendidik
(Achmadi, 2014). Penentuan tujuan dapat dirumuskan dengan teknik ABCD, Audience,
tentang apa yang dilakukan peserta didik yang menjadi sasaran tujuan, bukan apa
yang dilakukan pendidik, selanjutnya adalah Behavior, merupakan perilaku
apa yang hendak dicapai setelah pembelajaran, kemudian Condition, keadaaan
dimana perilaku tersebut diamati, dan Degree, tingkat kemampuan, sampai
dimana kemampuan yang harus dikuasai (Smaldino, dkk, 2011).
c. Select or
modify methods, media and materials, memilih metode,
media dan materi, dalam memilih ada tiga tahap pertama, memilih metode
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, selain itu juga mempertimbangkan gaya
dan motivasi belajar peserta didik, kedua, memilih media yang digunakan
merupakan pekerjaan yang gampang-gampang susah, karena dalam menggunakan media,
selain efektif juga harus efisien, tentunya media yang digunakan harus juga
sesuai dengan metode yang digunakan dalam pembelajaran, selanjutnya yang ketiga,
memilih materi dalam penyajian materi bukan sekedar dipilih saja tetapi
juga dapat dirubah serta dimodifikasi bahkan merancang materi agar dapat
mendukung dalam pencapaian tujuan pembelajaran (Smaldino, dkk, 2011).
d. Utilize, memanfaatkan
atau menggunakan media dan materi,bahwa sekarang perubahan paradigm
pembelajaran dari teacher-centered ke student-centered (Achmadi,
2014), yang dulunya pembelajaran berpusat pada pendidik (teacher
centered), dimana pendidik menjadi sumber informasi satu-satunya, sedang
sekarang sudah beralih ke pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik, di
mana pembelajaran mandiri sudah menjadi kegiatan peserta didik, bahwa informasi
sudah sangat mudah didapatkan bukan hanya pada pendidik, pembelajaran yang
sifatnya klasikal kini tidak lagi cocok digunakan pada generasi sekarang. Jadi
seorang pendidik harus mampu memanfaatkn media dengan baik sehingga
pembelajaran tetap efektif dan efisien.
a.
Require
learner response, meminta
partisipasi peserta didik, pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang
melinbatkan peserta didik, karena semakin banyak pengalaman yang dimiliki
peserta didik maka semakin banyak yang dapat diterima oleh peserta didik, hal
ini sesuai kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale:
Kita bisa melihat bahwa semakin
banyak pendidik melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran, maka
semakin banyak yang diterima oleh peserta didik, sehingga pemberian pengalaman
atau peran aktif dalam partisipasi peserta didik sangat dibutuhkan dalam proses
pembelajaran.
a.
Evaluate, langkah terakhir dari model Assure adalah mengevaluasi
dan merevisi, evaluasi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian
peserta didik, serta hal-hal apa saja yang perlu dibenahi atau direvisi baik
itu metode, media ataupun materi yang digunakan (Smaldino, dkk, 2011), sehingga
tujuan tercapai sesuai dengan harapan.
2.
Model
Pengembangan ADDIE
Setelah kita membahas model pengembangan ASSURE,
selanjutnya kita akan membahas mengenai model pengembangan ADDIE, jika model
pengembangan ASSURE merupakan singkatan dari komponen pengembangan dari model
tersebut, maka model pengembangan ADDIE juga merupakan singkatan dari Analysis
(menganalisis), Design (merancang), Development (mengembangkan), Implementation
(mengimplementasikan), dan Evaluation (mengevaluasi) (Rozalena dan Dewi,
2016). Model pengembangan ini dipopulerkan pada tahun 1990-an oleh Reiser dan
Mollenda (Sutarti dan Irawan, 2017). Coba kita perhatikan berikut penjelasan
tahapan-tahapan dari model pengembangan ADDIE yang terdiri dari:
a.
Analysis (menganalisis), sebelum mendesai suatu produk maka
pada tahap ini dilakukan analisis kebutuhan (need assesment),
melihat kesenjangan yang ada serta karakteristik peserta didik (Trisiana dan
Wartoyo, 2016). ada tiga hal yang perlu dianalisis, di antaranya: peserta didik, pembelajaran, dan media untuk
menyampaikan bahan ajar (Pohan, dkk, 2014). Pembelajaran dalam hal ini
berkaitan dengan bahan ajar serta kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran.
b.
Design (merancang), proses merancang produk harus bersangkutan
dengan pembuatan silabus, maka seharusnya memuat tujuan pembelajaran, kebijakan,
tugas, serta jadwal pembelajaran, serta strategi pembelajaran (Pohan, dkk,
2014) Tentunya produk yang dirancang sesuai dengan apa yang diperoleh dari
tahap awal, tentang kebutuhan peserta didik, dll.
c.
Development (mengembangkan), setelah kita memperoleh dokumen pada
tahap desain, yang merupakan rancangan, selanjutnya pada tahap ini dilakukan
penelitian dan penyusunan materi sebagai solusi dan mengembangkannya (Bifaqihh
dan Qomaruddin, 2015).
d.
Implementation (mengimplementasikan), Pada tahap ini semua yang telah dikembangkan diinstal atau diset
sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan
kemudian diuji cobakan (Trisiana dan Wartoyo, 2016).
e.
Evaluation
(mengevaluasi).
Tahap terakhir adalah melakukan evaluasi yang meliputi evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk mengumpulkan data pada setiap
tahapan yang digunakan untuk penyempurnaan dan evaluasi sumatif dilakukan pada
akhir program untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik dan kualitas pembelajaran
secara luas (Tegeh dan Kirna, 2013). Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
dampak dari pengalaman belajar, dengan cara menganalisa kepuasan peserta didik,
hasil belajar serta kelulusan (Bifaqihh dan Qomaruddin, 2015).
3. Model
Pengembangan Hannafin dan Perk
Selanjutnya kita akan membahas mengenai model
pengembangan Hannafin dan Perck, model pengembangan ini beriorientasi pada
pengembangan produk, pada model pengembangan ini terdapat beberapa komponen di
antaranya; 1) Need Asessment (Analisis Kebutuhan); 2) design
(perancangan); 3) development (pengembangan) dan implementation
(implementasi) (Megawati, 2015). Coba perhatikan berikut uraian dari komponen
model pengembangan tersebut:
a.
Need Asessment (Analisis Kebutuhan); langkah
yang pertama adalah mengalisis kebutuhan, sebelum mendesain sebuah media
pembelajaran maka kita harus terlebih dahulu apa yang dibutuhkan termasuk di
dalamnya tujuan yang hendak dicapai (Suryana, dkk, 2014).
b.
design (perancangan); setelah mengetahui kebutuhan peserta
didik, maka selanjutnya adalah fase perancangan media/produk sesuai kebutuhan
peserta didik, pada fase ini informasi yang diperoleh pada fase analisis
didokumenkan yang akan menjadi tujuan dibuatnya media/produk (Wirawan, dkk,
2017).
c.
development (pengembangan) dan implementation
(implementasi). Pada fase ini produk kemudian divalidasi, yang melibatkan
validator, ahli materi dan ahli media, selanjutnya setelah produk siap kemudian
diuji cobakan pada peserta didik (Hanzen, dkk, 2016).



0 komentar:
Posting Komentar